TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Giliran bakal calon angota legislatif (bacaleg) dari kalangan akademisi mendapat pembekalan dari DPP PDI Perjuangan, Kamis (2/8/2018). Pembekalan dihadiri 19 akademisi, membahas paradigma ekonomi berdikari yang menjadi salah satu cita-cita Trisakti Bung Karno.
Sebelumnya, bacaleg dari kalangan artis dan purnawirawan terlebih dahulu mendapat pembekalan
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berharap para profesor dan doktor yang bergabung dan menjadi anggota DPR nantinya bisa menjabarkan sekaligus mempraktikkan gagasan ekonomi berdikari yang dicanangkan Bung Karno.
“Bagaimana kita berdikari berdiri di atas kaki sendiri dengan seluruh aspek kehidupan kita, di tengah perkembangan liberalisasi ekonomi dan juga politik yang luar biasa belakangan ini,” ujar Hasto dalam pembekalan bacaleg akademisi di Kantor DPP PDI Perjuangan
Selain 19 peserta, hadir juga mantan Menteri Lingkungan Hidup, Sonny Keraf dan Direktur Eksekutif Megawati Institute, Arif Budimanta. Hasto mengatakan, Indonesia harus berdikari dari masalah pangan dan energi. Puluhan tahun negara ini masih impor sejumlah jenis pangan, minyak dan gas bumi, kendati di era Jokowi hal ini sudah menjadi perhatian. “Indonesia tidak boleh dijajah oleh impor,” tegas Hasto.
Mewujudkan ekonomi berdikari, kata Hasto, PDI Perjuangan menyadari kebijakan yang diambil harus berdasarkan data akurat yang berdasarkan ilmu dan pengetahuan. Kebijakan berdasarkan riset ini pula yang terus didorong Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kepada Presiden Jokowi.
“Ketika Ibu Mega berdialog dengan Pak Presiden Jokowi membahas pengumuman kembali Pak Jokowi sebagai capres, pertemuan itu pada hari Jumat 23 Februari 2018. Dalam suasana yang sangat kontemplatif, Ibu Mega berpesan agar Jokowi membuat data research nasional, di mana semua data terintegrasi,” kata Hasto.
Data yang terintegrasi itu, setidaknya memuat empat hal, yakni data manusia, flora, fauna dan teknologi. Data ini bisa digunakan untuk pengembangan ekonomi suatu daerah secara terfokus.
“Ibu Mega punya imajinsi, misalnya Kabupaten Karo fokus pada sayur-mayur sehingga produk massal dan berkualitas bisa datang dari sana. Bisa dikemas dengan baik, misalnya dengan label citarasa surga. Kemudian dari Papua fokus umbi-umbian,” kata dia.
Arif Budimanta mengatakan, pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurutnya, setiap kebijakan di bidang pendidikan dan iptek harus mengarah pada tujuan tersebut. “Karena tanpa pendidikan kita tak akan pernah menjadi satu negara yang maju,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Sonny Keraf mengatakan, intelektualisme yang dimiliki para bacaleg akademisi bisa dipergunakan untuk memperjuangkan kebenaran yang sesuai dengan nilai-nilai PDI Perjuangan. “Kebenaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia, kepada kemanusiaan, kepada keberagaman,” ujar Sonny.
Sembilan belas, akademisi yang hadir dalam pembekalan bacaleg PDI Perjuangan yakni:
1. Prof. Dr. Hasbullah Thabrani, MPH, Dr.PH (Jaminan Sosial & Ekonomi Kesehatan, Asuransi Kesehatan)
2. Prof. DR. Dr. Razaq Thaha. M.Sc, Sp.GK (Guru Besar Universitas Hasanuddin/Pakar Kebijakan Pembangunan Gizi dan Kesehatan)
3. Prof. Dr. Purnawan Djunadi, MPH, Ph.D (Guru Besar Universitas Indonesia/Pakar Administrasi & Kebijakan Kesehatan Masyarakat)
4. Dr. Harris Turino Kurniawan (Dosen Program Doktorl PPIM FE Universitas Indonesia dan STIK)
5. Diah Arimbi,S.S, MA, Ph.D (Ahli Hukum Kesehatan)
6. Dr. Asmaeny Azis (Dosen dari Sulsel)
7. Dr. Ulfah Mawardi, M. Pd (Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar)
8. Tia Rahmani, M.Psi (Ketua Program Studi Psikologi Universitas Paramadina)
9. AM. Sapri Pamulu, ST, M. Eng (Dosen di Sulsel)
10. Dr. Abdi Yuhana (Dosen di Jabar/Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jabar)
11. Dr. Mathius Tandiontong, SE, MM (Dekan FE Universitas Maranatha/ Wakil Bendahara DPD PDIP Jabar)
12. Tom Maskun (Yayasan Algifari)
13. Wilman Supondho Akbar, SH (Dosen FH Universitas Pasundan)
14. Zuhairi Misrawi (Direktur Moderate Muslim Society)
15. Dr. Jojor Manalu (Dosen Unika Atma Jaya)
16. Indah Nataprawira (Paramadina)
17. Dr. Hj. Rosiyati MH Thamrin, SE, MM (Pendiri Yayasan Sepuluh Nopember)
18. Dr. Riyanto Wurjaso (STIE Jayakarta)
19. Dr. Widhi Handoko, SH, Sp.N
No comments:
Post a Comment