TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Masjid Raya Al Mashun atau Masjid Raya merupakan satu dari beberapa ikon kebanggaan masyarakat Kota Medan.
Masjid yang berlokasi di inti Kota Medan atau tepatnya di Jalan Sisingamangaraja Medan ini memiliki konsep arsitektur perpaduan dari tiga negara.
"Salah satu keistimewaan Masjid Raya Al Mashun memang terletak pada desain arsitekturnya. Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari Asia, Eropa dan juga Timur Tengah," ujar Pengurus Masjid Al Manshun, Muhammad Hamdan, Jumat (18/5/2018).
Baca: Jejak Digital Postingan Oknum Pilot Garuda Indonesia Hingga Berujung Dinonaktifkan
Ia menjelaskan, Masjid Raya Al Mashun dibuat oleh arsitek asal Belanda dan pertama kali dibangun pada tahun 1906 dan selesai di tahun 1909.
"Mesjid Raya Al Mashun dibangun 1906 oleh Sulan Deli yang kesembilan yaitu Sultan Makhmud AL Rasyid dan selesai tahun 1909 dan diresmikan pada hari Jumat di tahun yang sama," jelasnya.
Ia menuturkan, Masjid Raya Al Mashun dibangun dengan bentuk segi delapan yang memiliki delapan arah mata angin. Masjid ini dibangun dengan pencahayaan yang cukup sehingga saat siang hari tak perlu ada tambahan penerang.
"Ada tujuh pintu di Masjid Raya Al Mashun dan jika ketujuhnya dibuka, di dalam masjid akan tetap sejuk walaupun tidak ada pendingin seperti kipas angin atau AC," tuturnya.
Ia menerangkan, masjid ini merupakan satu kesatuan dengan Istana Maimun dan juga Kolam Deli yang memang sengaja dibangun oleh Sultan Deli kesembilan tersebut.
Baca: Sebelum Meninggal, Menantu Hatta Rajasa, Adara Taista Alami Perubahan, Sakit?
"Mesjid Raya Al Mashun, Istana Maimun dan Kolam Deli merupakan bukti bahwa adanya perencanaan yang sangat matang seorang pemimpin. Beliau membangun istananya untuk tempat tinggal, setelah itu membangun masjid untuk sarana ibadah serta taman untuk bermain anak cucunya," terangnya.
Masjid ini bukanlah masjid pertama yang dibangun oleh Sultan Deli di Medan, masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Al Osmani yang berada di Medan Labuhan.
"Hingga saat ini, pengelolaan Masjid Raya Al Mashun masih dikelola oleh kesultanan dan dibantu oleh pemerintah terutama untuk pendanaan," ungkapnya.
Walaupun telah berumur lama, namun keaslian Masjid Raya Al Mashun masih tetap bertahan dan hingga saat ini, perawatan yang dilakukan masih sebatas pengecatan, perbaikan jika ada yang bocor.
"Penambahan bangunan hanya dilakukan pada area kamar mandi wanita saja, sementara pada masjid, menara dan gerbang masih mempertahankan bangunan yang lama,"pungkasnya.(pra/tribun-medan.com)
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/05/19/dibangun-di-tahun-1906-arsitektur-masjid-raya-al-mashun-bergaya-tiga-negara
No comments:
Post a Comment